Beberapa faktor yang mempengaruhi
keberadaan pestisida di pesisir berdasarkan argumentasi dan data penunjangnya,
serta daftar pustaka. Oleh End Ju
Answer :
Pestisida merupakan
jenis-jenis bahan kimia yang biasa digunakan untuk membasmi hama pada lahan
pertanian. Jenis pestisida bervariasi dan mempunyai fisik yang berbeda-beda. Di
antara jenis pestisida , insektisida organoklorin dikenal sangat persisten artinya
keberadaannya di lingkungan akan bertahan lama misalnya DDT (dikloro difenil tukloroetana), dieldrin,
endrin, klordane dan heptaklor (Mukhtasor, 2007). Menurut Munawir (1997)
menyebutkan bahwa telah dibuktikan dari beberapa pakar jika pestisida dari
golongan organoklorin yang mempunyai waktu cukup lama sehingga kemungkinan
adanya residu baik yang terdapat di tanaman maupun pada lingkungan.
Keberadaan pestisida di pesisir disebabkan karena adanya
aktivitas pertanian di daratan, pesisir atau di dekat sungai. Aktivitas
penggunaan pestisida ini telah menyebabkan pencemaran pada pesisir dan pada
akhirnya akan mengganggu biota-biota di perairan. Menurut Preston (1989) dalam Prartono et al. (2009), bahwa DDT (pestisida golongan organoklorin) dapat
mencapai ekosistem perairan termasuk pesisir melalui proses deposisi udara,
proses penguapan hasil penyemprotan atau penguapan yang sudah mengendap di
tanah, tanaman dan permukaan air.
Gambar 1. Perilaku Pestisida dalam Tanah (Rump
dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003)
Berdasarkan uraian
diatas, maka dapat disimpulkan jika keberadaan pestisida di pesisir disebabkan melalui
dua faktor yaitu :
1.
Air tanah
Pada prinsipnya
jika air mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Proses pestisida
melalui air tanah disebabkan adanya pengendapan dalam struktur tanah dan
terakumulasi didalamnya dalam jangka waktu yang lama. Golongan organoklorin,
berdasarkan uraian di atas cukup besar residunya di dalam tanah karena sifatnya
yang persisten. Melalui hujan, pestisida yang mengendap di dalam tanah akan
terbawa oleh aliran air tanah ke beberapa sistem di sekitarnya, dan seterusnya
akan terbawa hingga mencapai pesisir. Tetapi, tidak semua tanah mengakumulasi
pestisida dalam jumlah yang besar. Ukuran partikel tanah atau sedimen juga akan
berpengaruh terhadap transportasi keberadaannya di pesisir. Berdasarkan
penelitian Prartono et al. (2009),
partikel halus seperti lanau dan lempung memiliki peran penting dalam proses
transportasi materi (sedimen).
2.
Badan air (sungai)
Faktor lainnya
yang menyebabkan keberadaan pestisida di pesisir adalah pembuangan residu
pestisida dari kegiatan pertanian yang di buang ke sungai tanpa melalui
pengolahan. Di Amerika Serikat , pestisida ditemukan mencemari sungai setiap
dan lebih dari 90% dari sumur sampel dalam penelitian oleh US Geological
Survey. Residu pestisida juga telah temukan dalam hujan dan air tanah. Ada empat
rute utama pestisida mencapai air sungai : ketika disemprotkan, atau pencucian,
melalui tanah, sehingga akan dibawa ke air sebagai aliran, atau mungkin tumpah,
misalnya sengaja atau melalui kelalaian. Di dalam air terjadi pengenceran,
sebagian ada yang terurai dan sebagian lagi tetap persisten. Meskipun
konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap mengandung resiko mencemarkan
lingkungan. Tidak hanya melalui air tanah, tetapi transpot sedimen di kolom air
juga dapat menyebabkan keberadaan pestisida di pesisir. Melalui sedimen yang
telah terakumulasi oleh pestisida mengalir menuju sungai. Selain itu, proses
erosi menyebabkan lapisan tanah bagian atas yang mengandung residu pestisida
terkikis air limpasan permukaan kemudian mengalir menuju sungai. Proses erosi
terjadi disebabkan karena tanahnya mempunyai berat volume tanah ringan, tekstur
tanahnya lempung berdebu dan berada pada daerah perbukitan dengan intensitas
hujan tinggi.
Jumlah
pestisida yang masuk ke pesisir lebih di dominasi oleh faktor sedimen dalam hal
ini melalui proses air tanah. Hal ini disebabkan karena jumlah pestisida akan
lebih besar terakumulasi di dalam sedimen dibandingkan pada kolom air. Ukuran
sedimen yang padat atau lempung akan lebih besar teradsorpsi. Pada kolom air
akan terjadi pengenceran dimana akan ada yang terurai dan sebagian akan
persisten (tetap).
Dampak
pencemaran oleh pestisida menyebabkan biota-biota di pesisir akan terganggu
terutama pada sistem rantai makanan. Misalnya di dalam air,
partikel pestisida tersebut akan diserap oleh organisme mikro seperti plankton. Oleh karena pestisida itu
persisten, maka konsentrasinya di dalam tubuh plankton akan meningkat sampai puluhan kali dibanding dengan
pestisida yang mengambang di dalam air. Apabila plankton tersebut dimakan oleh ikan-ikan kecil, konsentarsi
pestisida di dalam tubuh ikan-ikan juga akan lebih meningkat lagi. Demikian
pula konsentrasi pestisida di dalam tubuh ikan besar yang memakan ikan kecil.
Rantai konsumen yang terakhir yaitu manusia yang mengkonsumsi ikan besar, akan
menerima konsentrasi tertinggi dari pestisida tersebut.
Daftar Pustaka
Efendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius.
Yogyakarta.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Munawir K. 1997.
Kadar Pestisida Organoklorin di Perairan Sungai Muara Kuala Jambi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi, LIPI. Jakarta.
Prartono T, H
Razak, I Gunawan. 2009. Pestisida Organoklorine di Sedimen Pesisir Muara
Citarum, Teluk Jakarta : Peran Penting Fraksi Halus Sedimen Sebagai Pentransport
DDT dan Proses Diagnesanya. J. Ilmu
dan Tekhnologi Kelautan Tropis. Vol 1, No 2 (11 – 21).